Ketua MUI Sumbar Sesalkan Mahyeldi Ikut Ritual Kendi, Tak Sesuai ‘ABS-SBK’ dan ‘Syarak Mangato Adat Mamakai

Padang,   – Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat (Sumbar) Gusrizal Gazahar menyesalkan kehadiran Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah pada ritual Kendi Nusantara di titik nol Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara bersama Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Saya tidak setuju dengan ritual tersebut. Sikap pemimpin seperti itu, bisa ditiru oleh masyarakat awam, ” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima wartawan, Senin (13/3/2022).

Baca juga: Presiden: Pemerintah Cabut 2078 Izin Perusahaan Tambang Minerba

Menurut Gusrizal, seorang pemimpin harus mengedepankan rasionalitas. Tindakan Gubernur Mahyeldi dengan hadir di ritual itu, kata dia, tidak sesuai dengan falsafah ‘Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah’ dan ‘Syara’ Mangato Adat Mamakai’.

“Tak pantas ikut-ikutan membawa bagian-bagian tertentu dari tanah dan air Sumatra Barat. Itu bukan sikap beragama yang sesuai menurut ‘Syarak Mangato Adat Mamakai’, ” lanjut Gusrizal.

Baca juga: Kasat Pol PP Padang Warning Peminta-minta yang Beraktivitas di Kawasan Lampu Merah

Gusrizal juga menyebut ritual penyatuan tanah dan air dalam kendi merupakan praktik yang tak bersesuaian dengan keyakinan atau akidah tauhid.

“Alasan ‘sebatas simbolik’ juga tak bisa diterima karena alasan rasionalnya juga tidak ada. Jelas sekali bahwa ritual seperti itu memiliki landasan keyakinan yang bukan dari Islam, ” imbuhnya.

Baca juga: Sambut Tahun Kunjungan Sumbar 2023, Wagub Audy Siap Upscale Branding Pariwisata

Ia mengingatkan Gubernur Mahyeldi tidak memandang remeh persoalan tersebut.

“Tidak bisa ritual seperti itu dilokalisir dalam ranah budaya semata karena dalam Islam, seluruh tindakan dan perbuatan akan diminta pertanggungjawabannya kelak, ” terang dia.

Baca juga: Jabatan Wawako Padang Harus Segera Diisi

Diketahui, Mahyeldi sendiri telah mengikuti ritual kendi nusantara, di titik nol IKN Nusantara bersama Presiden Jokowi dan semua gubernur se-Indonesia. Adapun sampel tanah yang dibawa Mahyeldi berasal dari Pasaman Barat (Pasbar) dan sampel air dari kaki Gunung Talang, Kabupaten Solok. (**)